Mimpi adalah sesuatu
yang ingin diraih dan dicapai dalam hidup. Tapi tidak sedikit pula orang yang
tidak memiliki cita-cita (mimpi) dalam hidupnya. Dengan berbagai macam alasan
takut gagal, pesimis ,tak ada yang mendukung dan masih banyak faktor lain yang
berbed-beda pada setiap orang. Tidak sedikit pula orang-orang yang berusaha
mati-matian untuk mengejar mimpinya itu. Dengan berbagai motivasi pula seperti
ingin merubah kehidupannya menjadi jauh
lebih baik, dukungan keluarga yang sangat besar dan masih banyak faktor lain
yang terkadang tidak dapat di cerna oleh akar pikiran manusia.
Jalan setiap orang untuk meraih
mimpi mereka sangatlah berbeda. Ada yang cukup mudah untuk melaluinya dan
adapula yang harus berusaha dengan
sangat keras serta bahkan harus gagal berulang-ulang kali. Tidak sedikit pula
diantara mereka yang gagal dan tidak mau mencoba lagi. Tapi, ketika orang- orang
tersebut berhasil maka mereka akan mengecap manisnya sebuah perjuangan layaknya
menemukan oasis ditengah gurun pasir gersang yang sangat luas.
Cerita ini akan menceritakan kisah
seorang anak manusia yang berjuang mencapai impianya yang sebenarnya bagi
setiap orang sangatlah sederhana. Sebut saja namanya “jian”. Jian adalah anak
laki-laki dari keluarga yang sangat
miskin. Karna hanya mampu mengisi perutya satu kali sehari dengan makanan yang
sangat sederhana seperti minyak dan garam. Jian tinggal di kota yang sangat berkembang pesat yaitu makassar di
balik perkembangan tersebutlah jian hidup dengan berbagai keterbatasan dan
berjuta mimpi yang hanya tersimpan diatas keningnya yang ia impikan untuk
tercapai.
Jian adalah manusia yang sederhana,
baik, dan bisa dibilang tidak ada hal yang sangat spesial dari dirinya kecuali
keinginan dan perjunagan untuk mencapai impiannya yang sangat besar. Ia
mempunya ibuyang sangat cuek terhadap dirinya dan jian sangat sering di marahi
oleh ibunya walaupun terkadang hanya
karna masalah yang sangat sepele. Jian memiliki dua orang adik yaitu doni 10
tahun dan, dian yang baru berusia 3 tahun. Ayah jian pergi meninggalkan jian
dan kelurga ketika dian masih berusia 3 bulan dengan alasan yang sangat tidak
jelas dan sampai saat ini jian masih mencari tahu kenapa ayahnya meninggalkan dirinya dan adiknya.
Hari itu adalah hari jumat dan masih
seperti hari jumat sebelum-sebelunmnya yang hanya di isinya dengan mencari
boto-botol plastik serta kardus yang selama ini bisa menghidupi keluarga yang
harus di nafkahinya setelah kepergian ayahnya. Tapi ternyata salah, hari jumat
tersebut adalah hari dimana hidupnya mulai berubah. Karena hari itu terjadi peristiwa
yang tidak akan bisa dilupakan seumur hidupnya. Di hari itu pula jian menemukan
tujuan hidupnya yang lain. Hal-hal tersebut terjadi ketika jian masih mencari
sampah di pinggir sungai dan tanpa diduga tanah tempat dimana ia berpijak
mengalami longsor akibatnya ia terjatuh dan semua botol pelastik yang telah
dikumpulkannya sepanjang hari itu hanyut dibawah aliran sungai. Jian tidak
memikirkan sedikitpun tentang luka-luka yang ada di badanya tetapi ia hanya
berpikir tentang dari mana lagi dia harus mendapat uang untuk makan dirinya dan
keluarganya hari itu.
“ya
allah....apalagi yang harus saya lakukan agar keluargaku bisa makan hari ini...?”
pikir jian dalam hatinya. Dengan sedikit mengeluh terhadap luka di badannya.
Ternyata hal yang dipikirnya
benar-benar terjadi ketika ia sampai dirumahnya ia disambut oleh ibunya denga
kata
“mana hasilmu ini hari cepat berikan kepada
ibu. Soalnya adikmu harus segera di belikan obat. Tadi pagi badannya tiba-tiba
panas........” kata ibunya denga wajah sedih.
“maaf.....” kata jian .
“ jangan bilang kamu tidak bawa uang sepeser
pun.......?” potong ibunya.
Jian menjawab “soalnya tadi......”.
“sudah jangan banyak alasan pasti uang itu kau pakai sendiri untuk
keperluanmu sendiri “.
“tidak bu....tidak....” kata jian sambil
meneteskan air mata.
“sudah jangan perlihatkan ibu air mata palsumu
itu.. Ibu tiiiddak suuu...di....dasar anak tidak berguna ....!!!!! peergi kamu
dari sini.......” perintah ibu jian dengan muka yang sangat marah.
“Buu,,,,,,,,,,,,” rengek jian sambil memengang
kaki ibunya.
“sudah jangan kau pegang kaki ibu dan jangan pernah lagi kau kembal ike
rumah ini untuk menemui ibu.” Kata ibu jian sambil menendang jian yang sempat
memegang kakinya.
Sebelum jian meninggalkan rumahitu
sekaligus meninggalkan ibunya serta adik-adiknya. Iya bertanya yang mungkin
pertanyaan terakhirnya kepada ibunya
“ibu saya
akan pergi dari rumah ini. Tapi, Apakah ada............ satu hal yang bisa
membuat ibu luluh dan membiarkan jian
untuk kembali kerumah ini bu....?” tanya jian pada ibunya. Ibunya hanya diam
akhirnya jianpun melangkahkan kakinya satu
persatu meninggalkan rumah itu.
Tiba-tiba
ibunya berkata “kebalilah kerumah ini setelah kau bisa membawa uang 3 juta
rupiah untuk ibu...”.
“apa bu...” kata jian sambil berbalik menatap
ibunya kembali.
“sudah pergi dari sini” kata ibunya sambil
berlalu dari hadapan jian”.
Sebenarnya jian sangat mendengar jelas apa
yang di katakan ibunya.
Sejak saat itu jian pergi dari rumah
itu meninggalkan ibu dan adik-adiknya. Untuk mengejar impian barunya dan
satu-satunya yang sangat sederhana agar dia bisa kembali kerumah itu. Hari-harinya
pun dilalui dengan terlunta-lunta di jalanan dan berpindah-pidah dari satu tempat ke tempat
yang lain. Hidup yang telah miskin sebelumnya kini harus lebih berat lagi,
apalagi dia harus menghadapi semua itu seorang
diri di tengah kota makassar yang sangat kejam baginya dan terkadang dia
bahkan berfikir untuk mengakhiri hidupnya walaupun, seringkali gagal. Bahkan
yang lebih parah lagi ketika jian mulai berfikir bahwa tuhan sudah tidak adil
baginya.
“tuhan....mengapa engkau beri aku cobaan yang
berat seperti ini...” keluh jiaan didalam hatinya.
Tanpa ia sadari ternyata dia sedang berdiri di
depan rumah tuhannya yang seringkali dia
anggap tidak adil untuknya. Saat itu adzan ashar berkumandang di masjid
tersebut dan seakan memanggil jian untuk masuk kedalamnya dan mengadu kepada
pemiliknya tentang apa yang di deritanya
selama ini.
Jian pun masuk kedalam sekaligus
membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran dan dosa-dosanya yang mungkin saja
memperberat beban hidupnya. Setelah itu jian langsung mengambil wudhu dan
melaksanakan sholat ashar yang telah lama jian tinggalkan akibat beban hidup
yang ia rasa semakin berat. Setelah sholat jian langsungmengadu kepada sang
pencipta terhadap apa yang dia alami selama ini. Bahkan tanpa jian sadari
masjid tersebut telah kosongan dan hanya tinggal jian sendiri di dalamnya.
Bahkan semakin lama suara doa yang di ucapkan jian semakin keras
“ya..allah..ku
tahu engkau adalah pencipta yang paling adil bagi semua manusia.
“Baik
di mata manusia belum tentu baik di mata tuhan begitupun sebaliknya, baik
dimata tuhan belum tentu baik dimatamanusia”
Aku juga
tahu bahwa kau tak akan memberikan cobaan bagi hambamu melebihi batas
kemampuannya. Tapi, akusangat berharap tuhan kau beriaku titik terang dari cobaan yan bertubi-tubi kau
berikan ini. Berik pula petunjuk kepadakutentang bagaimana menghadapi cobaan
ini seperti yang selama ini aku lakukan. aku sangat malu tuhan selama ini aku
seperti melupakanmu dan tidak pernah lagi mengucap syukur kepadamu. Kabulkanlah
doa ku ini ya allah...Amienddd.................” doa jian sambil meneteskan air
mati.
Jianpun keluar dari masjid itu dan
berlalu dari tempat itu. Semitar jam 15.15 WITA jian sampai di salah satu pasar
di dekat daerah Pantai losari yaitu pasar “angin mamiri “ disitu jian berusaha
mencari kerja jikapun tidak dapat. Jian hanya berharap mendapat sespeser rupiah
untuk makan dirinya hari itu.
“pak bisa
saya bantu-bantu di sini...? “ tanya jian padda salah satu pemilik tokoh
dipasar itu. “hmmmmt.....boleh nak...” jawab bapak itu.
“terimah kasih banyak pak...kira-kira apa yang
harus saya bantu pak...?” tanya jian
dengan muka sumringgah.
“kamu angkat barabg-barang di pinggir jalan
itu kemari.....!!!” perintah bapak itu
sambil menunjuk setumpuk barang kelontongan
yang tergeletak di pinggir jalan.
“baik pak” jawab jian sambil bergegas ke
pinggir jalan itu untuk melaksanakann tugasnya.
Tidak
terasa barang yang jian angkut sudah hampir habis dan hanya tersisa 2 barang
lagi yang terlihat cukup berat bagi anak seusia jian.
“alhamdulillah....tinggal
sedikit..” syukur jian dalam hatinya sambil meletakkan salah satu barang
tersebut di pundaknya.
Tanpa terduga jian kehilangan konsentrasi
secaara tiba-tiba mungkin akibat belum makan seharian. Akibatnya barang yang
jian angukt jatuh dan tumpah berserakan di jalan. Bapak pemilik tokoh itupun datang menghampirinya
“astaga....seharusnya kamu bilang sejak awal
kalu kamu tidaksanggup” kata bapakitu
dengan muka jengkel.
“tidak pak...saya tidak sengaja “bela jian.
“ tidak
sengaja.....pastisemua orang akan bilang begitu saatmelakukan kesalahan”.kata
bapak itu.
“betul pak...” kata jian.
“sudah,sudah jangan banyak alsansemuanyaa
sudah terjadi. Ini upah kamu untuk hari ini” kata bapak itu sambil menyodorkan
uang tiga ribu rupiah yang ada
dikantongnya
“kok cuma
segini pak.......?” kata jian.
“seharusnya kamu sudah bersyukur karena saya
masi mau memberikan kamu upah sedangkan kamu sudaah membuat saya rugi besar”
kata bapak sambil mengusir jian untuksegera pergi dari tempat itu.
“baiklah pak
kalu begitu. Sekali lagi terimah kasih “ kata jian sambil berlalu dari tempat
itu.
Tak terasa ternyata sudah malam. Hal
yaang harus jian pikirkan lagi adalah ddi mana lagi dia tidur malam ini. Karena
selama ini jian hanya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain
untuk masalah tidur. Seperti di
teras toko, masjid, bahkan terkadang jian harus tidur di kolong jembatan
atau pasar yang penuh dengan banyak
sampahserta bau menyengat yang sangat menggannggu krnyamanan tidur jian. Sebelum
mencari tempat tidurnya malam ini jian harus mengisi peerutnya terlebih dahulu
dengan uang yang didapatkannya tadi.
Apalagi dia belum pernah makan seharian ini. Hari itu jian membeeli makan di
salah satu sudut jalan di daerha jln. Pettarani.
“ bu...”kata jian memanggil ibu penjual
tersebut.
“ada apa
nak...?” jawab ibu itu sambil mendekti
jian yang mukanya sudah pucat lemas
karena lapar.
“begini
bu’...saya punya uang 3 ribu rupiah...kira cukupnya dapat apa ya bu...?”kata
jian yang semakin kelaparan.
“hmmmmt......paling
Cuma dapat kerupuk dan nasi saja.....!!!!!” jawab ibu itu dengan raut muka yang
sedikit malas untuk meladdeni jian.
“iya
bu....nda apa-apa...” jawab jian sambil memberikan uangnya kepada ibu penjual makanan itu.
“Baiklah...tunggu
sebentar....silahkan duduk disitu.” Kata
ibu itu sambil menunjukkan jian tempat duduk yang ada di pinggir warung itu.
Sambil menunggu makanannyajian
kembali termenung dan memikirkan kisah hidunya yang begitu sulit dan pahit bagi
anak seusia dirinya apalagi dia harusmenghadapinya seorang diri. Saat itu pula
dia kembalimemikirkan impiannya untuk bisa mendapaykan uang 3 juta rupiah
supaya bisa kembali berkumpul bersama ibu dan adik-adiknya.
Tiba-tiba
ibu itu datang dengan membawa sepiring nasi dan sebuah kerupuk di atasnya.
“ ini
pesananmu....” kata ibu itu sambil meletakkan nasi itu di meja yang ada di
hadapan jian.
“ terimah
kasih bu’.......o iyyya..saya bisa minta sambal yang ada di telur itu bu’....?”
tanya jian sambil menunjuk menu telur
sambal pedas yang tersedia di warug itu.
“
ya,,,,,tentunya tidak bisa lah ,kau kan tahu sekarang harga lombok ssedang
mahal, jadi tidak mungkin saya memberikanmu dengan Cuma-Cuma “ kata ibu itu deng muka yang sangat jengkel kepada
jian.
“och,,kalau
begitu saya minta maaf bu “ jawab jian.
Ibu itupun
langsung pergi dari tempat itu tanpa
berkata sepatah katapun. Setelah itupun jian langsung memulai makanan yang
dipesannya dengan sangat lahap. Walaupun, di tengah aktivitas makannya itu dia
sangat sering memikirkan adik-adiknya dan ibunya apakah mereka masih bisa makan
tanpa dirinya mengigat selama ini dialah yang menjadi tulang punggung
keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar